Rabu, 26 Januari 2011

TAUHID KEPADA ALLAH

Yang disembah hanyalah Allah
Maha Kuasa Maha Pencipta
Yang diagungkan hanyalah Allah
Maha Pengasih Maha Penyayang

Dia yang Pemurah Maha Pemberi
Rizki dan segala kehidupan
Tempat memohon tempat mengadu
Dari kelemahan dan kesusahan

Allh tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah
Rasul pesuruh Allah Nabi Muhammad contoh ikutan
Semua penghuni langit dan bumi
Wajiblah ta’at kepada Allah
Semua yang ada bukan milik kita
Kita ini hanylah sekedar hambanya


Firman Allah o didalam QS. Al-A’raf:172 yaitu;”Alasru birobbikum…?(Bukankah Aku ini Tuhanmu…?).   Balaa syahidna……(Betul, kami bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan kami…!). Sepotong firman Allah SWT diatas adalah menggambarkan bahwa kita sebagai manusia sebelum dilahirkan kedunia ini(pada waktu di alam Ruh)telah berikrar kepada Allah o dengan menjawab tegas pertanyaan Allah SWT bahwa kita mengakui dan bersaksi bahwa Allaho adalah Tuhan kita. Ini berarti bahwa manusia sebelum dilahirkan kedunia ini sudah dikenalkan oleh Allaho tentang “Ketauhidan”. Dengan kata lain, kita setelah lahir kedunia sudah dibekali pengetahuan ilmu “Meng-Esakan Allah(Ketauhidan)” kepada Allah oSang Pencipta alam semesta. Dan setelah berada didunia, factor lingkunganlah yang membentuk dan menyadarkan manusia itu yaitu lingkungan sekitar kita pada umumnya dan orangtua kita pada khususnya yang sangat mempengaruhi akidah kita. Seperti sabda Rasulullah i didalam haditsnya;”Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, Orangtuanyalah yang menyebabkan anak(manusia)itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”. 
Terbentuknya akidah pada diri manusia itu tak lepas dari para nabi yang membawa risalah-Nya kepada umat manusia didunia ini. Misi risalah para nabi yang utama adalah menyadarkan umat manusia pada ketauhidan kepada Allah o Sang Pencipta alam semesta yang telah dilupakan oleh manusia itu sendiri. Tugas para nabi inilah yang membangunkan kembali kesadaran manusia yang pernah berikrar kepada Allah o pada waktu sebelum lahir kedunia. Seperti yang sudah dijelaskan diatas.
Ikrar atau janji kita mengakui dan bersaksi bahwa Allah o adalah Tuhan kita, apakah akan kita ingkari atau kita khianati…..?!. Ketahuilah bahwa Allah o mempertanyakan konsekwensi kita akan janji yang pernah kita ikrarkan dulu. Pengakuan diri kita bahwa Allah adalah Tuhanku, Tiada Tuhan selain Dia, itu harus dibuktikan dengan sikap dan perbuatan kita sendiri, sejauh mana diri kita sudah menjalankannya atau belum?. Atau diri kita Cuma mau mengakui saja dengan secara lisan tanpa diikuti tindakan dan perbuatan yang konkrit….?!. Coba kita pikirkan dan renungi kembali…!. Tanyakan pada diri kita sendiri dengan jujur; apakah diri  kita sudah merealisasikan ikrar atau janji kita tersebut didalam kehidupan kita didunia ini. Kalau jawabannya sudah, maka beruntunglah diri kita karena sudah menepati janji kita kepada Allah. o Bersyukurlah….!!!. Tetapi kalau jawabannya sebaliknya, maka bergegaslah untuk segera bertaubat atas kekhilafan dan kealfaaan diri kita kepada Allah o, niscaya Allah o akan mengampuni dan menerima taubat kita asal diri kita benar-benar dan bersungguh—sungguh dalam bertaubat kepada Allah o (Taubatan Nasuha, jangan taubat sambel; udah tahu rasanya pedas masih saja dimakan)karena Allah o bersifat Maha Pengampun kepada setiap hamba-Nya yang benar-benar ingin bertaubat.
Konsekuensi diri kita dalam menepati janji kita kepada Allah o itu akan tercermin dalam setiap tindakan dan perbuatan kita menjalani kehidupan didunia ini. Kita berusaha mencari rizki demi menafkahi keluarga semata-mata karena Allah, begitupun dengan ibadah-ibadah kita yang menjadi kewajiban diri kita untuk melaksanakannya adalah karena Allah. Jadi setiap aktivitas kita dalam menjalani kehidupan didunia ini adalah untuk mencari ridho Allah o, bukan karena yang lainnya. Seperti yang sering diucapkan dalam setiap sholat;”Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Penguasa alam semesta ini, Allah Subhanallah Wa Ta ‘allah”. Dihatinya takkan ada sedikitpun berpikiran untuk mencari segala kekuatan ataupun kebesaran selain kekuatan dan kebesaran Allah yang Maha segala-galanya. Karena dia tahu bahwa dengan berharap dan bergantung kepada kekuatan dan kebesaran selain Allah adalah sudah mensyarikatkan dan menduakan Allah. Dan hal itu adalah perbuatan syirik yang merupakan dosa besar dan dosa yang takkan diampuni oleh Allah o. Na’udzubillahi min dzalik…!.
Rasulullah i selalu berpesan dan mengingatkan umatnya agar setiap melaksanakan ibadah bersikap ihsan yaitu menyembah Allah seakan-akan kita melihat-Nya, namun jika kita tidak mampu melihat-Nya, maka sebenarnya Dia melihat kita. Hal itu mengajarkan diri kita untuk selalu mengingat Sang Pencipta, Allah o didalam setiap kondisi apapun. Sehingga dimanapun, kemanapun dan kapanpun diri kita berada, Allah menjadi titik central pengawasan gerak-gerik aktivitas kita . apabila diri kita akan melakukan perbuatan yang dilarang atau yang tercela dalam pandangan agama Islam maka otomatis hati kita akan tersentak sadar, malu dan takut kepada Allah karena Dia sedang mengawasi diri kita meskipun tidak ada seorangpun yang tahu dan melihat perbuatan kita. Maka diri kita akan selalu terjaga dari segala perbuatan yang dilarang oleh Allah o dan perbuatan baiklah sebagai gantinya yang selalu dilakukannya didalam kehidupan kita sehari-hari didunia ini.
Pribadi seorang muslim tentunya mempunyai akidah ketauhidan yang kokoh, tak lekang karena panas dan tak luntur karena hujan. Malah semakin hari akidah ketauhidannya semakin tumbuh subur, karena selalu dipelihara, dirawat dan disirami setiap hari. Setiap kemungkaran yang menjurus kesyirikan selalu dihadapi dengan hikmah yaitu perkataan yang tegas dan benar serta yang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Seperti firman Allah o didalam QS. An-Nahl:125;”Serulah(manusia)kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhan-Mu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat  dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Dia yakin bahwa setiap usaha da’wahnya kepada setiap orang, baik yang berhasil ataupun yang tidak selalu ada nilainya disisi Allah o. Dan hal itu membuat dirinya semakin bersemangat didalam “Da’wah Illallah” tanpa mengenal kata-kata putus asa atau patah semangat ditangah jalan apalagi putus asa didalam rakhmat Allah.
Pribadi-pribadi muslim seperti itulah yang dicontohkan oleh para sahabat Rasulullah i yaitu salah satunya adalah sahabat Bilal bin Rabah. Bagaimana tekad Bilal bin Rabah mempertahankan akidah ketauhidannya meskipun dirinya dalam penyiksaan yang sangat berat dan kejam yang dilakukan oleh majikannya. Bila saja Bilal bin Rabah mau mengucapkan kata-kata selain “Allahu Ahad(Allah itu Esa/satu)”, tentu dirinya akan dibebaskan dari siksaan yang berat dan kejam itu. Tetapi tidak dilakukan oleh Bilal bin Rabah. Malah semakin berat siksaan yang diterima dirinya, maka semakin keras dia berucap;”Allahu Ahad”. Dan hal itu membuat majikannya putus asa untuk membujuk Bilal bin Rabah kepada kemusyrikan.
Begitulah pribadi-pribadi muslim yang dibentuk oleh Rasulullah i sendiri pada awal-awal da’wahnya di Mekkah. Penekanan ketauhidan pada da’wah Rasulullah i kepada para sahabat dan kerabat dekatnya yang mau menerima da’wahnya itu sangat diprioritaskan, sehingga hasil pengajaran ketauhidan yang dilakukan Rasulullah i sangat membekas dihati para sahabat dan kerabat dekatnya. Padahal kondisi di Mekkah pada waktu itu penduduknya hampir sebagian besar menyembah banyak tuhan seperti menyembah berhala-berhala, patung-patung dan dewa-dewa. Disetiap rumah-rumah pasti terdapat beberapa berhala, patung atau gambar dewa-dewa yang ditaruh disetiap sudut rumah mereka, selain tentunya yang ada didalam kahbah. Tuhan-tuhan yang ada didalam kahbah itu mereka namakan tuhan Manat, Latta dan Uzza. Maka da’wah yang dilakukan Rasulullah i dan para pengikutnya tentunya sangatlah berat, karena da’wah Rasulullah i mengajak penduduk Mekkah untuk menyembah hanya kepada Allah o, bukan menyembah kepada berhala-berhala, patung-patung atau dewa-dewa yang mereka anggap Tuhan-tuhan mereka. Kenyataannya da’wah Rasulullah i dan para pengikutnya banyak mendapat kecaman, caci maki dan hinaan dari penduduk Mekkah yang tidak mau menerima. Belum lagi siksaan fisik yang diterima oleh beberapa pengikut Rasulullah yang berstatus budak dari majikan mereka, seperti yang dialami Bilal bin Rabah. Kemudian teror dan embargo yang memutuskan hubungan perdagangan serta hubungan persaudaraan penduduk Mekkah oleh pembesar-pembesar Quraisy yang berkuasa pada waktu itu. Mereka menyetop suplai makanan kepada Rasulullah dan para pengikutnya selama ± tiga tahun. Penderitaan Rasulullah i dan para pengikutnya itu akhirnya dengan sendirinya berakhir dengan dirobeknya kertas pengumuman embargo oleh seorang pembesar Quraisy yang ditempelkan didinding kahbah. Meskipun aktivitas penduduk Mekkah sudah kembali normal dan hubungan perdagangan sudah kembali berjalan, tapi da’wah Rasulullah i dan para pengikutnya masih dihantui teror dan gangguan dari orang-orang yang memusuhinya. Sampai akhirnya karena gencarnya gangguan dan penindasan yang diterima Rasulullah i dan para pengikutnya, maka Rasulullah i memerintahkan kepada para pengikutnya untuk berhijrah kenegri Habasyah dan kemudian kenegri Yasrib(Madinah), hingga membentuk pemerintahan disana.
Da’wah ketauhidan yang dilakukan Rasulullah i pada waktu berada di Mekkah sungguh sangatlah tepat dengan kondisi penduduk Mekkah yang menyembah banyak tuhan, meskipun hasilnya tidak menggembirakan. Penduduk Mekkah yang berhasil menjadi pengikutnya bisa dihitung dengan jari. Tetapi orang-orang yang telah direkrut Rasulullah i kualitas akidah ketauhidannya sangat membanggakan meskipun jumlahnya sedikit. Dari orang-orang inilah kemudian da’wah Rasulullah i berkembang pesat hingga Islam mengalami jaman kejayaan dan keemasannya dimuka bumi ini. Akankah Islam akan kembali bangkit seperti dulu…?!!. Kenapa tidak, jawabannya ada ditangan anda sekalian yang masih peduli dengan Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar